Penulis: Arok | Penyunting: Bu Ike
Pada zaman dahulu, di sebuah desa tinggalah seorang janda yang bernama Mbok Randa. Dia tinggal sendiri karena suaminya sudah lama meninggal. Suatu hari Mbok Randa mengangkat seorang anak laki-laki yang diberi nama Jaka Tarub. Beberapa tahun kemudian Jaka Tarub telah beranjak dewasa. Dia menjadi pemuda yang sangat tampan, gagah, dan baik hati. Setiap hari Jaka Tarub selalu membantu ibunya
Setiap hari ibu Jaka Tarub menyuruh dia untuk segera menikah. Namun, dia menolak permintaan ibunya. Suatu hari. Mbok Randa jatuh sakit dan menghembuskan napas terakhirnya. Jaka Tarub merasa sangat sedih. Suatu malam Jaka Tarub bermimpi memakan daging rusa. Ketika terbangun dia langsung menuju ke hutan. Sejak pagi hingga siang hari Jaka Tarub belum menemukan rusa.
Dalam pencarianya itu, dia melewati telaga dan secara tidak sengaja melihat para bidadari sedang mandi. Ada tujuh bidadari cantik sedang bermain-main air, bercanda, dan bersuka ria. Jaka Tarub sangat terkejut melihat keindahan mereka. Dia lantas mengambil salah satu selendang dari bidadari. Setelah para bidadari selesai mandi, mereka bersiap-siap untuk kembali ke kayangan. Namun, salah satu bidadari bernama Nawangwulan tidak menemukan selendangnya yang telah di curi oleh Jaka Tarub. Kakaknya turut membantu mencari selendang, tetapi tidak ditemukan
Tidak lama kemudian, Jaka Tarub datang menghampirinya dan berpura-pura menolong bidadari itu. Dia mengajak bidadari itu ke rumanya. Kehadiran Nawangwulan membuat Jaka Tarub semangat. Mereka akhirnya menikah dan memiliki seorang putri cantik yang bernama Nawangsih. Salah satu rahasia Nawangwulan adalah dia dapat memasak nasi yang banyak, walau hanya dengan menggunakan sebutir nasi.
Setelah mereka menikah, Jaka Tarub sangat penasaran. Namun dia tidak bertanya langsung kepada Nawangwulan, melainkan langsung membuka dan panci yang digunakan istrinya. Dia melihat ada setangkai padi masih tergolek di dalamnya dan segera menutupnya. Nawangwulan kehilangan kekuatanya. Dia pun merasa sangat marah, dan memutuskan untuk kembali ke kayangan. Jaka Tarub pun meminta maaf dan memohon agar tidak kembali ke kayangan. Dia sesekali tetap turun ke bumi untuk menyusui anaknya, tetapi dengan satu syarat. Jaka Tarub tidak boleh bersama Nawangsih ketika Nawangwulan sedang menemui anaknya.
Leave a Comment